BERIKUT CERITA ROSULULLAH MENIKAHI KHADIJAH
Sayyidah Khadijah;
Penduduk Makkah pada zaman jahiliyah memanggilnya dengan sebutan
”Ath-Thahirah,” yang berarti wanita suci. Dia termasuk dalam barisan
orang-orang terpandang dalam suku Quraisy. Pergelutan sayyidah Khadijah di
dunia bisnis lintas negara juga memasukkannya dalam daftar orang kaya kota
Makkah. Tak sedikit bangsawan Arab yang melamarnya untuk
dijadikan isteri, namun selalu dia tolak.
Di sela-sela urusan bisnisnya, dia mendengar kabar tentang seorang
pemuda yang jujur, amanah dan baik hati. Sifat-sifat ini membuat sayyidah
Khadijah tertarik untuk menjadikannya sebagai mitra bisnis. Nafisah binti
Maniyah pun diutus untuk menyampaikan tawaran kerjasama sayyidah Khadijah
kepada pemuda yang tak lain bernama Muhammad itu. Dari sinilah kisah mereka dimulai.
Muhammad saw tidak terburu-buru mengiyakan. Sebelum membuat keputusan,
dia terlebih dahulu meminta pendapat pamannya, Abu Thalib, pengasuh yang
menggantikan posisi ayahnya yang telah wafat sejak dia masih dalam kandungan.
Tawaran Khadijah diterima. Muhammad saw dipercayakan untuk membawa
barang dagangannya ke Syam (Siria) bersama Maisarah, seorang pria pembantu
Khadijah.
Sepulang dari Syam, Maisarah tak sabar untuk berbagi cerita kepada
sayyidah Khadijah tentang kebaikan hati Muhammad saw dan keanehan yang dia
saksikan selama perjalanan ke Syam. Di antara keanehan tersebut adalah
perjalanan mereka yang jauh menjadi terasa singkat, dan awan juga berjalan
menaungi perjalanan mereka dari terik matahari. Cerita ini tentu saja menghibur
dan memberikan kesan bagi sayyidah Khadijah.
Tidak lama setelah itu, sayyidah Khadijah dirundung musibah; sang ayah
tercinta meninggal dunia. Di tengah kesedihannya datanglah Waraqah bin Naufal
(anak pamannya) untuk melipur laranya. Dia menjelaskan bahwa dunia ini bukan
akhir segalanya, akan ada hari berbangkit dimana Allah memberi pahala atau
hukuman menurut amal masing-masing. Dan ayah Khadijah (menurut Waraqah)
termasuk orang yang beruntung, sebab dia orang baik-baik.
”Kenapa Anda tidak menyampaikan ini kepada orang-orang biar mereka
tidak lagi menyembah berhala-berhala dan hanya berharap kepada Allah?” Tanya
Khadijah setelah merasa terhibur.
”Ini bukan tugasku. Seorang nabi akhir zaman sudah waktunya muncul,
sebagaimana yang ditunjukkan oleh kitab-kitab suci yang kami baca. Dialah yang
akan menyampaikan petunjuk ini,” jelas Waraqah.
Sayyidah Khadijah lalu teringat pada cerita Maisarah tentang Muhammad
Saw dan menceritakannya kembali kepada Waraqah.
”Jika ini memang benar wahai Khadijah, maka Muhammad (saw) adalah nabinya ummat ini...”
Sayyidah Khadijah merasa tenang. Dalam hatinya muncul sebuah harapan yang tidak bisa dibendung. Dia pun memutuskan untuk melamar Muhammad saw. Nafisah binti Maniyah kembali diutusnya menemui Muhammad saw.
”Jika ini memang benar wahai Khadijah, maka Muhammad (saw) adalah nabinya ummat ini...”
Sayyidah Khadijah merasa tenang. Dalam hatinya muncul sebuah harapan yang tidak bisa dibendung. Dia pun memutuskan untuk melamar Muhammad saw. Nafisah binti Maniyah kembali diutusnya menemui Muhammad saw.
”Muhammad (saw), kenapa engkau belum menikah?” tanya Nafisah memulai
misinya.
”Biaya pernikahannya bunda, saya belum dikaruniai kemudahan,” jawabny
”Biaya pernikahannya bunda, saya belum dikaruniai kemudahan,” jawabny
”Muhammad, bagaimana kalau kami memberimu biaya atau saya menawarkan
untukmu seorang wanita Quraisy yang sangat terhormat dan kaya?”
”Siapa wanita ini?”
”Khadijah binti Khuwailid”
”Setahu saya, sudah banyak orang yang datang melamarnya, namun dia
tolak.”
”Kalau engkau mau menerimanya Muhammad, saya harus menyelesaikan
pembicaraan ini.”
Pertemuan ini akhirnya menyimpulkan kesepakatan bahwa Muhammad saw
menerima lamaran Khadijah.
Giliran Muhammad saw membalas lamaran ini lewat pamannya Abu Thalib. Di
tengah keluarga sayyidah Khadijah, pamannya berkata:
”Sungguh Muhammad (saw) putra saudaraku adalah pemuda yang kedudukan
dan akhlaknya selalu mendapatkan nilai plus jika dibandingkan dengan
pemuda-pemuda Quraisy. Jika dia miskin harta, maka harta akan lenyap. Dia dan
Khadijah saling mencintai. Muhammad (saw) telah menawarkan 20 ekor unta sebagai
mahar Khadijah.”
Paman sayyidah Khadijah, Amru bin Asad bersama sesepuh keluarga
bessarnya berdiri memberi jawaban bahwa Khadijah menerima lamaran Muhammad saw
dengan maskawin yang ditawarkan dan menyampaikan restunya.
Pernikahan pun dilangsungkan. Acara walimah digelar; makanan
dihidangkan, pintu rumah sayyidah Khadijah dibuka lebar-lebar untuk menjamu
kerabat, sahabat dan fakir miskin. Pembesar-pembesar suku turut hadir
mengucapkan selamat.
Pernikahan ini dilangsungkan setelah 2 bulan 15 hari dari kepulangan
Muhammad saw dari Syam. Sayyidah Khadijah pada saat itu berusia 40 tahun dan
berstatus sebagai janda, sedangkan Muhammad saw berusia 25 tahun, 15 tahun
sebelum dinobatkan oleh Allah menjadi rasul utusan-Nya. Sejak itu kebahagiaan
pun bersemayam dalam kalbu sayyidah Khadijah dan pasangan terbaiknya Muhammad
saw.
Dari perkawinan inilah lahir semua putra-putri nabi Muhammad saw,
selain anaknya Ibrahim yang lahir dari rahim Mariyah Al Qibtiyah. Mengingat
umur Khadijah di saat pernikahannya ini sudah mencapai 40 tahun, tentu saja ini
menjadi sebuah keajaiban yang tidak terjadi secara kebetulan. Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar